Beberapa kesalahan yang
dilakukan ketika melaksanakan shalat berjamaah. Diantaranya adalah:
1. Seorang makmum mendahului gerakan imam
Dijadikannya imam dalam shalat berjamaah adalah untuk
diikuti, maka makmum tidak dibenarkan untuk mendahului gerakan imam.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
dan Imam Muslim dalam kitab shahihnya disebutkan:
“Dari Abu Hurairah ra. bahwa Nabi SAW bersabda,
‘Tidakkah orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam, merasa takut sekiranya
Allah mengubah kepalanya menjadi kepala keledai atau Allah menjadikan rupanya
sebagai rupa keledai.”
Makmum yang mendahului imam mendapatkan ancaman yang
keras,
bahwa rupanya akan diubah menjadi rupa keledai, karena antara dirinya dan keledai mempunyai kesamaan dalam kejahilan (kebodohan). Karena jika dia tahu, tentu dia tidak akan mendahului imam dalam setiap gerakan shalat.
bahwa rupanya akan diubah menjadi rupa keledai, karena antara dirinya dan keledai mempunyai kesamaan dalam kejahilan (kebodohan). Karena jika dia tahu, tentu dia tidak akan mendahului imam dalam setiap gerakan shalat.
Ancaman dengan perubahan rupa orang yang mengangkat
kepalanya sebelum imam menjadi rupa keledai merupakan hal yang sangat mungkin
terjadi dan hal ini termasuk jenis pengubahan wajah. Tetapi tidak pernah
diriwayatkan kejadiannya secara sungguh-sungguh. Boleh jadi maknanya kembali
kepada perubahan karakter, yaitu menjadi dungu seperti keledai.
2. Makmum yang jumlahnya satu berdiri di belakang imam atau
di samping kiri imam
Apabila shalat jamaah hanya terdiri dari dua orang (hanya
ada imam dan satu makmum), maka posisi makmum adalah di samping kanan imam,
bukan di kiri imam atau di belakangnya. Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh
Abdullah bin Abbas ra, dia berkata :
“Aku menginap di rumah bibiku, Maimunah. Lalu Nabi SAW
shalat pada sebagian malam, lalu aku berdiri di samping kiri beliau. Maka
beliau memegang kepalaku dan mendirikan aku di sisi kanan beliau.” (HR.
Bukhari Muslim)
Abdullah bin Abbas pernah menginap di rumah bibinya,
Maimunah. Maimunah ini adalah istri Rasulullah SAW. Ketika Rasulullah SAW
bangun malam untuk shalat, Ibnu Abbas juga ikut shalat bersama beliau. Dia
berdiri di samping kiri beliau sebagai makmum. Namun kemudian beliau memegang
kepalanya dan menyuruhnya berdiri di samping kanan beliau.
3. Tidak mengucapkan aamiin
ketika imam membaca aamiin
Tidak ada alasan malas bagi makmum untuk mengucapkan
aamiin ketika imam mengucapkan aamiin (setelah bacaan al-fatihah).
“Dari Abu Huraurah ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda,
‘Jika imam mengucapkan ‘aamiin’, maka ucapkan pula ‘aamiin , karena barangsiapa
yang mengucapkan ‘aamiin’ bersama-sama dengan ucapan ‘aamiin’ para malaikat,
maka diampuni di antara dosanya yang telah lampau.” (HR. Bukhari Muslim)
Doa Al-Fatihah merupakan doa yang paling baik dan paling
bermanfaat. Karena itu disyariatkan bagi orang yang shalat, baik imam maupun
makmum, berjamaah atau sendirian, untuk mengucapkan “aamiin” sesudahnya, karena
ucapan “aamiin” merupakan pembawaan doa.
Hadits di atas juga menunjukkan keutamaan ucapan “aamiin”
dan ia menjadi sebab pengampunan dosa. Tapi menurut ulama, pengampunan dosa ini
khusus berlaku untuk dosa-dosa kecil. Adapun dosa-dosa besar harus dilakukan
dengan taubat.
Semoga Allah SWT memberikan petunjuk-Nya untuk
memperbaiki kesalahan-kesalahan kita dalam shalat. Wallahu a’lam bishshawab.
(Disarikan dari
Syarah Hadits Pilihan Bukhari Muslim, Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Ali
Bassam)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar